Senin, 16 Juni 2014

Jurnal Evidence Based



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada halangan sedikitpun.
Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para mahasiswa yang membutuhkan ilmu tambahan tentang asuhan kebidanan khususnya dalam bab amniosintesis yang dibutuhkan untuk untuk menambah pengetahuan dalam ilmu asuhan kebidanan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga kami yang telah ikut membatu menyelesaikan makalah ini dalam hal materi. Kepada teman-teman yang telah ikut bekerja sama dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kami mengucapkan banyak terimakasih pula kepada ibu Irma Nurmayanti, SST selaku pembimbing.
Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Karena kesalahan adalah milik semua orang dan kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT. Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses pembelajaran.



Penulis




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  v
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  vi
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.3 Tujuan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evidence Based dalam Praktek Kehamilan. . . . . . . . . . . .   2
2.2 Filosofi dan Ruang Lingkup Asuhan Antenatal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.3 Hak-hak Wanita Hamil. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.4 Tenaga Profesional/Penolong Yang Terampil. . . . . . . . . . . . .  . . . . .  7
2.5 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Asuhan Kehamilan. . . . . . . 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . 11
3.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12








BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap kehamilan merupakan proses alamiah, bila tidak dikelola dengan baik akan memberikan komplikasi pada ibu dan janin dalam keadaan sehat dan aman. untuk itu dibutuhkan avidance based dalam praktek kehamilan yakni dengan penggunaan kebijakan dari bukti terbaik, yang tersedia sehingga tenaga kesehatan (bidan) dan pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam memberikan pelayanan kehamilan              
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian evidence based dalam praktek kehamilan ?
2. Bagaimana filosofi dan Ruang lingkup Asuhan Antenatal ?
3. Bagaimana Tujuan ANC ?
4. Apa saja hak-hak wanita hamil ?


1.3 Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui sejauh mana ibu mengetahui tentang proses kehamilan
2) Untuk mengetahui bagaimana hak-hak wanita selama hamil
3) Untuk mengetahui tujuan ANC
4) Untuk mengetahui tentang evidence based dalam praktek kehamilan








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evidence Based dalam Praktek Kehamilan
Evidence Based adalah cara yang untuk membantu tenaga kesehatan dalam membuat keputusan saat merawat pasien sesuai dengan Kebutuhan pasien dan keahlian klinis tenaga kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah.
Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaan yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang asuhan pasien secara individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu melakukan intervensi. Kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa bahwa sebagian besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau dicegah.
Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan antenatal atau yang dikenal antenatal care merupakan prosedur rutin yang dilakukan petugas (dokter/bidan/perawat) dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk mempersiapkan persalinan.
2.2 Filosofi dan Ruang Lingkup Asuhan Antenatal
1. Filosofi Asuhan Antenatal
Filosofi adalah nilai atau keyakinan atau kepercayaan yang mendasari seseorang untuk berperilaku sehingga mempengaruhi pola hidupnya. Pada prinsipnya philosofi asuhan kehamilan merujuk pada philosofi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan antara lain, menyatakan bahwa:
a. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses pathologis, tetapi dapat menjadi pathologi/ abnormal. Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi – intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi.
b. Setiap perempuan berkepribadian unik, dimana terdiri atas, bio, psiko sosial yang berbeda, sehingga dalam memperlakukan pasien / klien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak boleh disamakan.
c. Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru lahir. Ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya baik promosi kesehatan melalui penyuluhan / konseling pemenuhan kebutuhan ibu hamil maupun dengan upaya preventif misalnya pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dan pemberian tablet tambah darah dan lain sebagainya.
d. Perempuan mempunyai dan memutuskan tentang kesehatan, siapa dan dimana mendapatkan pelayanan kesehatan.
e. Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya preventif (pencegahan) dan promotif (Peningkatan kesehatan).
f. Mendukung dan menghargai proses fisiologi, intervensi dan penggunaan teknologi dilakukan hanya atas indikasi.
g. Membangun kemitraan dengan profesi lain untuk memberdayakan perempuan.
2. Ruang Lingkup Asuhan Antenatal
Dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara konprehensif atau menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil:
a. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa tiap  kunjungan pemeriksaan ibu hamil.
b. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap
c. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri (TFU) posisi/presentasi dan penurunan Janin.
d. Melakukan penilaian pelvic,ukuran dan penurunan janin
e. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung janin dengan fetoskope/ pinar dan gerakan janin dengan palpasi
f. Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL)
g. Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.
h. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungan dengan komplikasi
i. Memberikan penyuluhan tanda – tanda bahaya dan bagaimana menghubungi bidan
j. Melakukan penatalaksanan kehamilan dengan anemia ringan, hiperemesis gravidarum tingkat 1, abortus iminens dan preeklamsia ringan
k. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan kehamilan.
l. Memberikan imunisas
m. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan penangananya termasuk rujukan tepat pada: kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat PEB dan hipertensi, perdarahan pervaginam, kehamilan ganda aterm, kematian janin, oedema yang signifikan, sakit kepala berat, gangguan pandangan, epigastrium karena hipertensi, KPSW, persangkaan polihidramion, DM, kelainan konginital, hasil laboratorium abnormal, kelainan letak janin, infeksi ibu hamil seperti infeksi menular seksual, vaginitis,infeksi saluran kencing.
n. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan,kelahiran dan menjadi orang tua.
o. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama hamil seperti nutrisi, latihan,keamanan, dan merokok.
p. Penggunaan secara aman jamu dan obat – obat tradisional yang tersedia.

3. Prinsip Pokok Asuhan Antenatal
Prinsip merupakan dasar atau azas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya. Sebagai seorang bidan dalam melakukan asuhan kebidanan harus berdasarkan prinsip sesuai tugas pokok dan fungsinya agar apa yang dilakukan tidak melanggar kewenangan atau mal praktik. Selain harus memiliki kompetensi, bidan dalam melaksanakan asuhan harus berpegang pada Undang – Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992; Kepmenkes 900 tahun 2002 tentang registrasi dan praktik bidan, pelayanan dilaksanankan sesuai standar pelayanan kebidanan dan standar profesi bidan.



4. Tujuan ANC (Antenal Care)
  Tujuan umum:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi
3. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
4. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.
5. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medic, bedah, atau obsteri selama kehamilan.
6. Mengembangkan persiapan persalinan serta persiapan menghadap komplikasi.
7. Membantu menyiapkan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.
  Tujuan khusus :
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit – penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, nifas
3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal( Manuaba,1998,129).
5. Standar Asuhan Antenatal
1.  Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan motifasi untuk pemeriksaan dini dan teratur.
2. Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Sedikitnya 4 kali pelayanan kehamilan pemeriksaan meliputi : Anamesis dan pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan resiko tinggi nasehat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk.
3.  Standar 5: Palpasi abdominal
4.  Standar 6: Pengelolaan anemia pada kehamilan
5.  Standar 7: Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
6.  Standar 8: Persiapan persalinan.

Memberi saran pada ibu hamil, suami dan keluarga untuk memastikan persiapan persalinan bersih dan aman, persiapan transportasi, biaya. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini

6. Program ANC Terintegrasi
a. Malaria f. KEK
b. Tuberculosis g. Gondok endemic
c. HIV dan PMTCT h. Kecacingan
d. Sifilis i. Tetanus neonatorum
e. Anemia j. Intelegensia anak

2.3  Hak-hak Wanita Hamil
Sebagaimana hak pasien pada umumnya ibu hamil mempunyai hak-hak yang sama dengan hak klien/ pasien dan juga mempunyai hak antara lain:
a. Wanita hamil berhak mendapat penjelasan oleh tenaga kesehatan yang memberikan asuhan tentang efek-efek potensial langsung/tidak langsung dari penggunaan obat atau tindakan selama masa kehamilan, persalinan. Kelahiran atau menyusui
b. Wanita hamil berhak mendapat informasi terapi alternatif sehingga dapat mengurangi atau meniadakan kebutuhan akan obat dan intervensi obstetri
c. Pasien kebidanan berhak untuk merawat bayinya sendiri bila bayinya normal
Pasien kebidanan berhak memperoleh informasi tentang siapa yang akan menjadi pendampingnya selama persalinan dan kualifikasi orang tersebut.
Pasien kebidanan berhak memperoleh/memiliki catatan medis dirinya serta bayinya dengan lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
d. Wanita hamil berhak mendapat informasi efek tindakan yang akan dilakukan baik pada ibu & janin
e. Wanita hamil berhak untuk ditemani selama masa-masa yang menegangkan pada saat kehamilan & persalinan
f. Pasien kebidanan berhak memperoleh catatan perincian biaya RS/tindakan atas dirinya.
g. Wanita hamil berhak mendapat informasi sebelum/bila diantisipasi akan dilakukan SC
h. Wanita hamil berhak mendapat informasi tentang merk obat dan reaksi yang akan ditimbulkan atau reaksi obat yang pernah dialaminya
i. Wanita hamil berhak mengetahui nama-nama yang memberikan obat-obat atau melakukan prosedur tindakan
j. Wanita hamil berhak mendapat informasi yang akan dilakukan atasnya
k. Wanita hamil berhak memilih konsultasi medik untuk memilih posisi yang persalinan yang dapat menurunkan stress

2.4 Tenaga Profesional/Penolong Yang Terampil
Tindakan bidan saat kunjungan antenatal :
1. Mendengarkan dan berbicara kepada ibu serta keluarganya untuk membina hubungan saling percaya
2. Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk membuat rencana persalinan
3. Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk persiapan menghadapi komplikasi
4. melakukan penapisan untuk kondisi yang mengharuskan melahirkan di RS
5. Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa (pre-eklamsia, anemia, PMS)
6. Mendeteksi adanya kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 mg dan adanya kelainan letak setelah usia kehamilan 36 mg
7. Memberikan konseling pada ibu sesuai usia kehamilannya, mengenai nutrisi, istirahat, tanda-tanda bahaya, KB, pemberian ASI, ketidaknyamanan yang normal selama kehamilan dsb 8. Memberikan suntikan imunisasi TT bila diperlukan
8. Memberikan suplemen mikronutrisi, termasuk zat besi an folat secara rutin, serta vitamin A bila perlu
v ASUHAN ANTENATAL YANG TERFOKUS
Tujuan Asuhan Antenatal terfokus meliputi :
1. Peningkatan kesehatan dan kelangsungan hidup melalui :
     a. Pendidikan dan konseling kesehatan tentang :
a) Tanda-tanda bahaya dan tindakan yang tepat
b) Gizi termasuk suplemen mikronutrisi serta hidras
c) Persiapan untuk pemberian ASI eksklusif segera
d) Pencegahan dan pengenalan gejala-gejala PMS
e) Pencegahan malaria dan infstasi helmith

b. Pembuatan rencana persalinan termasuk kesiapan menghadapi persalinan      komplikasi
c. Penyediann TT
d. Suplemen zat besi dan folat, vitamin A, yodium dan kalsium
e. Penyediaan pengobatan/pemberantasan penyakit cacing dan daerah endemi malaria
f. Melibatkan ibu secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kesiapan menghadapi persalinan
2. Deteksi dini penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin :
a. Anemia parah
b. Proteinura
c. Hypertensi
d. Syphilis dan PMS
e. HIV
f. Malpresentasi janin setelah minggu ke 36
g. Gerakan janin dan DJJ
3. Intervensi yang tepat waktu untuk menatalaksana suatu penyakit atau komplikasi
a. Anemia parah
b. Pendarahan selama kehamilan
c. Hypertensi, pre-eklamsia dan eklamsia
d. Syphilis, chlamidia, GO, herpes serta PMS lainnya
e. HIV
f. Malpresentasi setelah minggu ke- 36
g. Kematian janin dalam kandungan
h. Penyakit lainnya seperti TBC, diabetes, hepatitis, demam reumatik
Isi asuhan antenatal terfokus :
Setiap wanita hamil, melahirkan atau nifas mengalami resiko komplikasinyang serius dan mengancam jiwanya. Meskipun pertimbangan ’resiko’ ini bisa digunakan oleh individu-individu bidan, perawat dan dokter untuk menyusun advis pengobatan. Kadang kala wanita hamil yang beresiko rendah sering terabaikan sehingga mengembangkan komplikasi dan banyak yang lainnya yang memiliki RESTI malah melahirkan tanpa masalah sama sekali.
4. Peningkatan kesehatan dan komunikasi antar pribadi

a. Pendidikan kesehatan yang bersifat mengikutsertakan dan tidak memecahkan masalah kekhawatiran daripada klien sering sekali ’dipersyaratkan’ sebagai bagian dari asuhan antenatal yang rutin
b. Para klien harus dilibatkan sebagai peserta aktif dalam pendekatan terhadap pendidikan beserta pemecahan masalahnya
c. Kesiapan mental untuk melahirkan dan mengasuh kelahiran yang akan datang

4. Kesiapan kelahiran yang berfokus pada klien dan masyarakat
a. Rencana persalinan : tempat persalinan, penolong yang terampil, serta perlengkapan ibu & bayi, transportasi yang inovatif serta sistem perujukannya, dana darurat.
b. Asuhan antenatal secara terus menerus terfokus pada klien serta lingkungannya untuk memaksimalkan kesempatan memperoleh hasil kehamilan yang sehat ibu dan anak.


2.5  Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Asuhan Kehamilan
1. Peran:
a. Pelaksana: memberi asuhan/ pelayanan. Bidan mempunyai 3 (tiga) tugas utama yaitu: mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
Ada 7 langkah utama:
1)  Mengkaji
2)  Menentukan Diagnosa
3)  Menyusun rencana tindakan
4)  Melaksanakan tindakan
5)  Evaluasi
6)  Tindak lanjut
7)   Dokumentasi
b. Pengelola: menyusun rencana kerja, mengelola kegiatan pelayanan ibu hamil, berpartisipasi dalam kegiatan program pelayanan kehamilan
c. Pendidik: melakukan penyuluhan, mendidik siswa bidan/ calon bidan
d. Peneliti: melakukan penelitian kebidanan
2. Kewajiban Bidan
a. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kehamilan sesuai standart profesi dengan menghormati hak-hak klien
b. Wajib merujuk, memberi kesempatan klien ibadah, menjaga rahasia, memberikan informasi, inform consent, dokumentasi, kerjasama pihak lain.











BAB III
PENUTUP


A.     Kesimpulan

       Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa evidence based merupakan cara untuk membantu tenaga kesehatan dalam membuat keputusan saat merawat pasien sesuai dengan Kebutuhan pasien dan keahlian klinis tenaga kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah.
         Setiap wanita hamil, melahirkan atau nifas mengalami resiko komplikasi yang serius dan mengancam jiwanya. Meskipun pertimbangan ’resiko’ ini bisa digunakan oleh individu-individu bidan, perawat dan dokter untuk menyusun advis pengobatan. Kadang kala wanita hamil yang beresiko rendah sering terabaikan sehingga mengembangkan komplikasi dan banyak yang lainnya yang memiliki RESTI malah melahirkan tanpa masalah sama sekali.

B. Saran
1. Hendak nya ibu dan keluarga tidak mudah mengikuti mitos yang sudah menjadi ada-istiadat seteat,ada baik nya ibu hamil dan keluarga bertanya langsung kepada Bidan dan tenaga medis setempat serta membaca referensi tentang gizi-gizi yang harus dicukupi oleh seorang ibu hamil
2. Seorang bidan dan tenaga kesehatan hendaknya sering-sering memberikan pedkes pada masyarakat setempat agar masyarakat dapat merubah pola pikirannya tentang makanan yg dianggap pantang dimakan oleh ibu hamil yang sejatinya sangat diperlukan untuk perkembangan janin yang dikandungnya.








DAFTAR PUSTAKA

1.
http://bidanhana.blogspot.com/2011/04/evidence-based-medicine-dalam-pelayanan.html
2.
http://naturaterapi.com/evidence-based-kebidanan/
3.
http://naturaterapi.com/evidence-based-kebidanan-terbaru-untuk-ibu-hamil/
4.
http://www.sumber-artikel.com/web/evidence-based-kebidanan-terbaru.html
Tambahkan komentar...

Makalah obat Diuretik Farmakologi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hipertensi meyajikan satu problem unik dalam terapi. Hipertensi lazimnya merupakan penyakit seumur hidup penyebab beragam gejala sehingga mencapai tahap lanjut. Untuk mendapatkan pengobatan efektif, harus digunakan setiap hari obat yang mungkin mahal dan sering menyebabkan efek samping. Oleh karena itu, para dokter harus menetapkan dengan pasti bahwa hipertensi adalah menetap, memerlukan pengobatan dan harus mengeluarkan penyebab hipertensi sekunder yang dapat dirawat dengan prosedur pembedahan definitif.
 Hipertensi menetap, terutama pada orang-orang dengan peningkatan tekanan darah ringan, harus ditetapkan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada paling sedikit pada tiga kali kunjungan yang berbeda. Pemantauan tekanan darah pada pasien rawat jalan diduga merupakan predictor terbaik terhadap terjadinya risiko dan, oleh karenanya, dibutuhkan untuk terapi pada hipertensi ringan.
Sekali ditetapkan hipertensi, pertanyaan apakah diperlukan pengobatan atau tidak dan obat mana yang digunakan haruslah dipertimbangkan. Tingkat tekanan darah, umur dan jenis kelamin pasien, tingkat keparahan kerusakan organ (jika ada) karena tekanan darah yang tinggi dan kemungkinan adanya faktor-faktor risiko kardiovaskular, semua harus dipertimbangkan.
Sekali keputusan diambil untuk melakukan pengobatan, regimen terapeutik harus dikembangkan dan pasien diberitahu tentang sifat-sifat alami hipertensi dan pentingnya pengobatan. Pemilihan obat didasarkan pada tingkat tekanan darah, kerusakan organ dan tingkat keparahannya serta adanya penyakit-penyakit lain. Tekanan darah tinggi parah dengan komplikasi yang mengancam hidup membutuhkan pengobatan lebih cepat dengan obat yang lebih kuat. Sebagian besar pasien dengan hipertensi esensial telah menderita tekanan darah tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dan terapi paling baik dilakukan secara bertahap.
Kesuksesan pengobatan hipertensi menuntut kepatuhan terhadap instruksi diet dan penggunaan obat yang dianjurkan. Pendidikan mengenai sifat alami hipertensi dan pentingnya perawatan serta pengetahuan tentang efek-efek samping potensial obat sangat perlu diberikan. Kunjungan tindak lanut (follow-up) harus cukup sering untuk meyakinkan pasien bahwa dokter berfikir penyakit hipertensi adalah penyakit serius.
Pada setiap kunjungan tindak lanjut, harus ditekankan tentang pentingnya pengobatan dan pertanyaan terutama mengenai dosis dan efek samping obat harus ditanamkan. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien adalah penyederhanaan aturan pemberian dosis dan juga meminata pasien untuk memantau tekanan darahnya di rumah.
B.     Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui apa itu hipertensi dan golongan obat diuretik
2.      Untuk mengetahui tentang efek samping obat diuretic
3.      Untuk mengetahui tentang obat diuretic pada hipertensi
4.      Untuk mengetahui factor resiko hipertensi



















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Faktor Resiko Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Sekitar 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial). Awitan hipertensi esensial biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun. Hipertensi benigna bersifat progresif lambat, sedangkan hipertensi maligna adalah suatu keadaan klinis dalam penyakit hipertensi yang bertambah berat dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada berbagai organ (elokdyah, 2007).
1. Kerusakan organ target
             a. Jantung : hipertrofi ventrikel kiri, angina pektoris, gagal jantung.
             b. Otak ; stroke
             c. Penyakit ginjal kronik
             d. Penyakit artei perifer
              e. Retinopati
3. Faktor Resiko
             a. Diet dan asupan garam
             b. Stres
             c. Ras
             d. Obesitas
             e. Merokok
             f. Genetik
             g. Sistem saraf simpatis
             h. Keseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi
             i. Pengaruh sitem RAA
4. Patogenesis Hipertensi
            Hipertensi merupakan penyakit dengan penyebab yang multifaktor. Diantaranya ;
a. Asupan garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan volume cairan. Sedangkan peningkatan volume cairan meyebabkan peningkatan preload yang berakibat tekanan darah meningkat.
b. Jumlah nefron yang berkurang dapat menyebabkan retensi natrium ginjal dan penurunan permukaan filtrasi. Apabila terjadi retensi urin pada ginjal volume cairan akan meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
c. Stres akan berakibat pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih renin agiotensin. Aktivitas saraf simpatis yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renin angiotensin yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renis angiotensin yang berlebih mengakibatkan kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural sehingga tekanan darah dapat meningkat.
d. Perubahan genetis dapat menyebabkan perubahan pada membaran sel sehinggaa terjadi kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah.
e. Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah karena obesitas terjadi hiperinsulinemis yang dapat menyebabkan hipertrofi struktural. Akibat adanya hipertrofi struktural, maka terjadilah peningkatan tekanan darah
f. Bahan-bahan yang berasal dari endotel juga dapat menyebabkan konstriksi fungsionil dan hipertrofi struktural yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Elokdyah, 2007).
5. Terapi non farmakologis
a. Menghentikan merokok
b. Menurunkan komsumsi alkohol berlebih
c. Latihan fisik
d. Menurunkan asupan garam
e. Meningkatkan komsumsi buah dan sayur
f. Menurunkan aspek lemak (Elokdyah, 2007)


                                                                                                     


B.     Golongan Diuretik
Golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan produksi air kencing, digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah tinggi.
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan Spironolakton.
Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol.
        Golongan Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
       1. Diuretik osmotic
       2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
       3. diuretik golongan tiazid
       4. diuretik hemat kalium
       5. diuretik kuat

1. Diuretik osmotic
        Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
 a. Tubuli proksimal
     Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi      natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
     Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
    Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
     Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
      Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

3. Diuretik golongan tiazid
     Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termasuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

4. Diuretik hemat kalium
         Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.

5. Diuretik kuat
          Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikkan
Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.























C.    Obat Diuretik Pada Hipertensi
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mendeplesikan simpanan   natrium dalam tubuh .Awalnya diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung,tahanan vaskuler periver. Penurunan tekanana darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan terjadinya penurunan volume plasma dan stroke volum yang akan menurunkan curah jantungdan ahirnya menurunkan tekanan darah.
OBAT-OBAT PILIHAN
1.Golongan TIAZID 
  a. Bendroflazid/bendroflumetazid (Corzid)
indikasi : edema,hipertensi
kontraindikasi  :  hipokalemia yang refraktur,hiponatremia,hiperkalsemia,gangguan ginjal dan hati yang kronis serta penyakit edison.
bentuk  : Tablet
dosis  :  5-10 mg/hari atau berselang sehari pada pagi hari......untuk pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali seminggu.....Hipertensi 2,5 mg tiap pagi.
D.    Dosis Pemberian Obat
            1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide® )
            Indikasi: edema, hipertensi
Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, , gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison.
Bentuk sediaan obat: tablet
Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari
Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia,  hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.
Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal yang berat;porfiria.  
           2. Chlortalidone ( Hygroton®, Tenoret 50®, Tenoretic® )
Indikasi : edema, hipertensi, diabetes insipidus
Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid
Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg selang sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg pada pagi hari
Bentuk sediaan obat: tablet
           3. hidroklorotiazid
Indikasi: edema, hipertensi
Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid
Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin; untuk pasien dengan edema yang berat dosis awalnya 75 mg sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari
E.     Efek Samping Diuretik
Efek-efek samping yang utama yang dapat di akibatkan diuretika adalah:
1. Hipokalemia
     Kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretic dengan ttitik kerja dibagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K dan H karena ditukarkan dengan ion Na. akibatnya adalah kandungan kalium plasma darah menurun dibawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Thiazida yang digunakan pada hipertensi dengan dosis rendah (HCT dan klortalidon 12,5 mg perhari), hanya sedikit menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu tidak perlu disuplesi kalium (Slow-K 600 mg), yang dahulu agak sering dilakukan kombinasinya dengan suatu zat yang hemat kalium suadah mencukupi. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang di obati dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin. Pada mereka juga d khawatirkan terjadi peningkatan resiko kematian mendadak (sudden heart death).
2. Hiperurikemia
    Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
3. Hiperglikemia
    Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.
4. Hiperlipidemia
   Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar kolesterol total (juga LDL dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor pelindung untuk PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah indaparmida yang praktis tidak meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek samping ini pada penggunaan jangka panjang blum jelas.
5. Hiponatriemia
    Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretikaa lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah).
6. Lain-lain
    Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida dalam dosis tinggi.

BAB III
                                                               PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg.
Hipertensi dapat diatasi dengan penggunaan golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan produksi air kencing, digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah tinggi.
        Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan Spironolakton.
Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol.
        Golongan Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
       1. Diuretik osmotic
       2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
       3. diuretik golongan tiazid
       4. diuretik hemat kalium
       5. diuretik kuat

B.     Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui penyakit hipertensi dan golongan obat yang dapat mencegah hipertensi.





DAFTAR PUSTAKA